Berita Dunia Terbaru, Jakarta : Jamaah Islamiah masih menjadi momok yang menakutkan di Indonesia. Salah seorang mantan teroris, Abdul Rahman Ayub, mengatakan jangan pernah lengah terhadap aksi teror. Karena pada dasarnya, ujar Ayub, mereka akan bergerak disaat kondisi tenang dan aman.
"Jangan pernah merasa aman dengan teroris, karena mereka akan bergerak ketika situasi aman. Mereka tidak pernah istirahat," ungkap dia di Epicentrum Walk, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin 15 Juli 2013.
Lebih lanjut dia mengatakan, teroris itu bukan konspirasi dan juga bukan titipan dari luar negeri, tetapi personal yang bergerak memerangi untuk mengubah ideologi bangsa dan memecah NKRI.
"Saya ini mantan pelaku yang alhamdulillah telah berubah. Sampai saat ini saya masih dengar ada pembicaraan teroris itu produk luar, titipan. Saya salah satu pelaku, saya tidak pernah disuruh Amerika atau satu kelompok untuk mendapat uang, kita betul-betul ingin mengubah NKRI, menjadi Jamaah Islamiah. Jadi itu bukan rekayasa, saya saksi hidup," tegasnya.
Ayub pun memaparkan kenapa akhirnya bisa berubah dan kembali ke ajaran Islam sesuai dengan syariat yang benar. "Saya berubah ketika bertugas di Australia. Itu setelah melakukan dialog di sana saya merasa disesatkan dengan memudahkan membunuh saudara, mereka menginginkan Indonesia dijadikan negeri perang," ujarnya.
Hanya Allah, imbuh Ayub, yang bisa mengubah hati seorang teroris. Dia berharap bisa mengajak teroris yang lain ke pemahaman yang benar. "Jangan lagi mengacu kepada paham yang tidak mudah mengatasnamakan jihad, atas nama Islam tetapi mengorbankan agama dan orang banyak," tutupnya.
Dalam diskusi bersama BNPT dengan jurnalis di kawasan Epicentrum Walk, turut hadir Ketua BNPT Ansya'ad Mbai, Deputi Kerja Sama International Hary Purwanto, Deputi Pencegahan Perlindungan dan Deradicalisasi Agus Surya Bakti, dan Sekretaris Utama BNPT Abdurrahman Kadir. (Ado)
"Jangan pernah merasa aman dengan teroris, karena mereka akan bergerak ketika situasi aman. Mereka tidak pernah istirahat," ungkap dia di Epicentrum Walk, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin 15 Juli 2013.
Lebih lanjut dia mengatakan, teroris itu bukan konspirasi dan juga bukan titipan dari luar negeri, tetapi personal yang bergerak memerangi untuk mengubah ideologi bangsa dan memecah NKRI.
"Saya ini mantan pelaku yang alhamdulillah telah berubah. Sampai saat ini saya masih dengar ada pembicaraan teroris itu produk luar, titipan. Saya salah satu pelaku, saya tidak pernah disuruh Amerika atau satu kelompok untuk mendapat uang, kita betul-betul ingin mengubah NKRI, menjadi Jamaah Islamiah. Jadi itu bukan rekayasa, saya saksi hidup," tegasnya.
Ayub pun memaparkan kenapa akhirnya bisa berubah dan kembali ke ajaran Islam sesuai dengan syariat yang benar. "Saya berubah ketika bertugas di Australia. Itu setelah melakukan dialog di sana saya merasa disesatkan dengan memudahkan membunuh saudara, mereka menginginkan Indonesia dijadikan negeri perang," ujarnya.
Hanya Allah, imbuh Ayub, yang bisa mengubah hati seorang teroris. Dia berharap bisa mengajak teroris yang lain ke pemahaman yang benar. "Jangan lagi mengacu kepada paham yang tidak mudah mengatasnamakan jihad, atas nama Islam tetapi mengorbankan agama dan orang banyak," tutupnya.
Dalam diskusi bersama BNPT dengan jurnalis di kawasan Epicentrum Walk, turut hadir Ketua BNPT Ansya'ad Mbai, Deputi Kerja Sama International Hary Purwanto, Deputi Pencegahan Perlindungan dan Deradicalisasi Agus Surya Bakti, dan Sekretaris Utama BNPT Abdurrahman Kadir. (Ado)
Post a Comment